Mengenal Lebih Dekat Gempa Bumi dan Tipe-Tipe nya

2018_07_30_50112_1532943639._large.jpg
Dokumentasi Gempa Lombok Tahun 2018 
(Sumber: Akbar Nugroho Gumay, thejakartapost.com)

Gempa bumi merupakan guncangan yang terjadi akibat pelepasan energi secara tiba-tiba di litosfer bumi yang menciptakan gelombang seismik. Gelombang seismik dihasilkan ketika beberapa bentuk energi yang tersimpan di kerak bumi tiba-tiba dilepaskan, hal ini biasanya terjadi ketika massa batuan yang saling meregang tiba-tiba patah. Gempa bumi memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari yang sangat lemah sehingga tidak dapat dirasakan hingga yang sangat kuat dan menyebabkan kehancuran bangunan. Kegempaan pada suatu daerah merupakan representasi dari frekuensi, jenis, dan ukuran gempa yang dialami selama periode waktu tertentu. 

Gempa bumi ataupun getaran pada permukaan tanah dapat diukur dengan seismometer yang merupakan alat atau sensor getaran. Perangkat yang digunakan untuk mengukur dan mencatat gempa bumi disebut sebagai seismograf, yang terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil yang dapat menggambarkan kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram. Lokasi awal ataupun pusat gempa itu terjadi disebut sebagai hiposentrum yang diukur melalui gelombang seismik. Sedangkan gempa yang terjadi di permukaan bumi disebut sebagai episentrum yang merupakan gelombang hasil dari rambatan hiposentrum.

Lalu, apa saja ya tipe-tipe dari gempa bumi? Ada 4 tipe gempa bumi, yaitu akibat aktifitas tektonik, vulkanik, reruntuhan, ataupun ledakan. 

    • Gempa Tektonik

Gempa tipe ini adalah yang paling umum terjadi. Ini terjadi ketika batuan di kerak bumi pecah karena gaya geologi yang diciptakan oleh pergerakan lempeng tektonik. Gempa bumi tektonik dijelaskan oleh “elastic rebound theory” yang dirumuskan oleh ahli geologi Amerika Harry Fielding Reid setelah Patahan San Andreas pecah pada tahun 1906, yang menghasilkan gempa bumi besar San Francisco. Menurut teori tersebut, gempa bumi tektonik terjadi ketika regangan pada massa batuan telah terakumulasi ke titik di mana tegangan yang dihasilkan melebihi kekuatan batuan, dan menghasilkan patahan. Patahan menyebar dengan cepat melalui batuan, biasanya mengarah ke sepanjang zona lemah. 

    • Gempa Vulkanik

Gempa jenis ini terjadi sehubungan dengan aktivitas vulkanik. Gempa vulkanik dapat ditimbulkan akibat sesar tektonik maupun pergerakan magma di gunung berapi. Hal ini dapat menjadi peringatan dini dari letusan gunung berapi, seperti selama letusan Gunung St. Helens tahun 1980. Kawanan gempa dapat menjadi penanda lokasi aliran magma di seluruh gunung berapi. Aktifitas ini dapat direkam oleh seismometer dan digunakan sebagai sensor untuk memprediksi letusan yang akan terjadi atau akan datang. 

    • Gempa Akibat Ledakan

Gempa akibat ledakan atau bisa disebut sebagai gempa eksplosif ini kebanyakan terjadi selama pengujian senjata nuklir. Selama ledakan senjata nuklir, maka akan terjadi pula ledakan besar dan pelepasan energi dalam jumlah besar. Terkadang ledakan tersebut menjadi penyebab terjadinya gempa bumi.

    • Gempa Bumi Akibat Reruntuhan

Gempa bumi ini merupakan gempa berkekuatan lemah yang terjadi di gua-gua dan tambang. Terkadang, ledakan yang terjadi di tambang menjadi penyebab runtuhnya tambang yang menghasilkan gelombang seismik. Gelombang P dan S  yang dihasilkan selama ledakan batuan di atas atau di bawah permukaan bumi menyebabkan gempa bumi jenis ini.

Dari penjelasan di atas, kita ketahui bahwa gempa tektonik dan gempa vulkanik terjadi secara alami karena faktor alam yang tidak bisa dihentikan. Sedangkan gempa akibat ledakan dan reruntuhan merupakan gempa yang terjadi akibat adanya campur tangan manusia yang dapat dihentikan. 

Penulis: Tasya Millenia

Leave a Reply