EQ-Talk #1: Ngobrol Inspiratif bersama 2 Doktor Baru di Bidang Kegempaan di Indonesia

Dr. Shindy Rosalia (Kanan Bawah), Dr. Pepen Supendi (Kiri Bawah) dan Dr. Zulfakriza (Kanan Atas)

Earthquake Talk merupakan salah satu program yang dirancang oleh Center for Earthquake Science and Technology – Institut Teknologi Bandung (CEST-ITB) yang ditujukan untuk sharing session mengenai kegempaan baik secara nasional maupun global. Serial earthquake talk pertama ini dilakukan pada Kamis, 02 Juli 2020 dengan tajuk ‘Ngobrol Inspiratif bersama 2 Doktor Baru di Bidang Kegempaan di Indonesia’. Pada serial earthquake talk pertama ini menghadirkan freshg raduate Doktor muda bidang kegempaan Indonesia, yaitu Dr. Shindy Rosalia dan Dr. Pepen Supendi yang menyelesaikan studi S3 nya dalam 3 tahun dengan predikat Cum Laude dan menghasilkan banyak publikasi selama masa studinya. 

Dalam presentasinya, Dr. Shindy Rosalia menyampaikan semasa masa studi Sarjana hingga mendapatkan gelar doktor merupakan penerima beasiswa bidikmisi dan PMDSU (Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul). Studi S1 hingga S3 diselesaikan oleh  Dr. Shindy Rosalia di Institut Teknologi Bandung (ITB) dari 2010 hingga 2020. Untuk mendapatkan gelar Master, Dr. Shindy mengangkat Thesis mengenai bodywave tomography, dan mendapatkan gelar Doktor dengan menyelesaikan disertasi tentang Ambient Noise Tomography. Dari hasil tesis dan disertasinya ini, wanita yang kerap dipanggil Shindy ini berharap mampu membantu dalam kegiatan seismic hazard dan mitigasi bencana kegempaan di Indonesia. 

Sedangkan pada pemaparannya, Dr. Pepen Supendi merupakan Pegawai Negeri Sipil di Badan Meteorologi, Klimatologi  dan Geofisika yang menyelesaikan S1 hingga S3 nya di Institut Teknologi Bandung. Doktor muda yang biasa di sapa Kang Pepen ini pada disertasi nya membahas mengenai studi seismisitas Indonesia bagian Timur dan Tomografi zona transisi Busur Sunda-Banda. Beliau juga menceritakan bagaimana menyelesaikan studi dari sekolah dasar hingga mendapatkan gelar doktor dengan beasiswa. Latar belakang keluarga yang kurang mampu bukan menjadi penghalang untuknya dalam mengenyam studi yang tinggi, tekadnya yang kuat untuk dapat menjadi orang yang sukses, dan kegagalan bukanlah akhir dari segalanya adalah alasan mengapa Ia berdiri hingga sekarang ucapnya. 

Dengan lahirnya dua doktor muda kegempaan yang memiliki tekad dan semangat yang kuat ini, disampaikan oleh Dr. Zulfakriza selaku moderator pada EQ talk 1, harapannya mampu mewarnai komunitas kegempaan di Indonesia. Hal ini akan berkaitan dengan gebrakan riset kegempaan di Indonesia, sehingga dapat bermaanfaat bagi Masyarakat dan Negara nantinya. 

Penulis: Tasya Millenia

Leave a Reply